Senin, 26 Februari 2018

Manfaat Imunisasi Difteri Dan Efek Sampingnya

11.53

Manfaat imunisasi difteri perlu diketahui oleh para orang tua untuk menumbuhkan kesadaran bahwa mencegah difteri itu lebih mudah daripada mengobatinya.

Kita semua sudah tahu jika penyakit difteri adalah salah satu penyakit berbahaya yang dapat mengancam keselamatan jiwa khususnya bagi anak-anak.

Ketika muncul, difteri bisa dengan sangat cepat menyebar dan mewabah karena sifatnya yang mudah menular. Terbukti tahun 2017 ini di Indonesia terjadi kembali KLB difteri yang mewabah di berbagai daerah.

Sebenarnya penyakit difteri ini sudah terbilang cukup langka, jumlah penderita difteri di dunia terus menurun dari tahun ke tahun seiring dengan semakin meratanya pemberian vaksin anti difteri di seluruh dunia.

Berikut ini adalah data yang kami ambil dari situs resmi WHO mengenai penurunan jumlah penderita difteri di dunia:


Dari data tersebut terlihat jelas jumlah kasus difteri di seluruh dunia yang terus menurun seiring dengan semakin meratanya pemberian vaksin/ imunisasi. Data terakhir pada tahun 2016 terjadi kasus difteri sebanyak 7.097 di seluruh dunia.

Wabah difteri di Indonesia
Di Indonesia sendiri, bisa dikatakan difteri sudah cukup lama hilang. Namun pada tahun 2007 mulai terjadi peningkatan kasus difteri yang cukup signifikan dari tahun ke tahun.

Puncaknya terjadi pada tahun 2012 yaitu sebanyak 1.192 kasus, tahun 2013 sebanyak 767 kasus, kemudian menurun, dan kembali meningkat di tahun 2017 dengan 593 kasus (data November 2017).

Berikut ini data jumlah kasus difteri di Indonesia dari tahun ke tahun:


Hingga saat ini kasus difteri masih terus bertambah. Karena itulah sebagai orang tua Anda harus tanggap dan waspada dalam mengawasi buah hati Anda.
Salah satu yang bisa dilakukan adalah mengedukasi diri sendiri agar dapat mengenali gejala dan tanda-tanda awal anak terkena difteri sedini mungkin agar bisa memberikan penanganan cepat ketika difteri menyerang.

Mengapa difteri sangat mudah menular dan mewabah?
Ini yang sering jadi pertanyaan, mengapa difteri dapat menyebar dengan cepat dan mewabah di suatu daerah?
Hal ini sejatinya disebabkan karena sifat bakteri Corynebacterium diphtheriae yang sangat mudah berpindah dari satu penderita ke orang lain di sekitarnya, juga karena status imunitas (kekebalan) masyarakat Indonesia terhadap penyakit ini yang belum merata.
Kesenjangan imunitas atau yang istilahnya disebut dengan immunity gap ini bisa menjadi awal munculnya penyakit difteri di suatu daerah.
Awalnya penyakit difteri muncul pada orang-orang yang tidak kebal terhadap difteri, dan kemudian menularkannya pada orang-orang di sekitarnya (termasuk yang sudah di imunisasi).
Proses ini terus berlanjut hingga terjadilah wabah difteri.
Masih perlu penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hal ini, namun secara teori, hal tersebut mungkin saja terjadi.

Imunisasi adalah cara paling efektif untuk mencegah difteri
Imunisasi adalah upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah bahaya difteri.
Terlepas dari berbagai kontroversi yang muncul, namun data membuktikan jika sejauh ini imunisasi dengan pemberian vaksin adalah cara yang paling ampuh dan efektif untuk mencegah dan menanggulangi wabah penyakit difteri.
Di tahun 2017 ini, hingga bulan November sudah tercatat 593 kasus difteri di Indonesia dengan 32 penderita meninggal dunia.
Dari seluruh penderita yang terserang difteri tersebut 66% diantaranya tidak mendapat imunisasi, 31% imunisasi tidak lengkap, dan 3% penderita dengan imunisasi lengkap. (sumber: Ditjen P2P Kemenkes).
Data menunjukkan proporsi terbesar penderita difteri di Indonesia tahun 2017 ini adalah mereka yang tidak mendapat imunisasi sama sekali, kemudian disusul oleh mereka yang mendapat imunisasi tapi kurang lengkap, dan sebagian kecil penderita yang mendapat imunisasi lengkap.
Seberapa efektif vaksin/ suntik difteri dalam mencegah dan menanggulangi penyakit difteri?
Tingkat keefektifan vaksin difteri yang sering di klaim adalah sebesar 95%.

Angka ini berasal dari hasil sebuah penelitian (case control study) yang dilakukan di Uni Soviet saat terjadinya epidemi difteri pada tahun 1990-1997 dengan 115.000 kasus difteri dan 3.000 orang dilaporkan meninggal dunia.
Hasil studi ini menunjukkan tingkat keefektifan rata-rata sebesar 95% dengan pemberian 3 dosis vaksin.
Beberapa studi lain yang pernah dilakukan terkait keefektifan imunisasi difteri antara lain:
Saat terjadinya epidemi difteri di Halifax, Canada (1940-1942), vaksin difteri di perkirakan memberikan tingkat keefektifan sebesar 85%.
Saat terjadinya epidemi difteri di Yaman, pemberian 3 dosis vaksin DTP diperkirakan memiliki keefektifan sebesar 85%.
Pada tahun 1945, di Wales dan Inggris vaksin difteri diperkirakan efektif sebesar 96% mencegah kematian dan 71% efektif untuk melawan penyakitnya.

Manfaat vaksin/ imunisasi difteri yang harus Anda ketahui
Manfaat vaksin difteri adalah membentuk sistem kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit difteri di masa yang akan datang.
Untuk bisa memahami hal ini, terlebih dahulu Anda harus mengetahui bagaimana sebenarnya vaksin difteri bekerja.
Bakteri difteri yang bernama Corynebacterium diphtheriae ketika menginfeksi tubuh manusia akan memproduksi racun berupa protein yang bernama exotoxin. Racun inilah yang menyebabkan penyakit difteri menjadi sangat berbahaya.
Vaksin difteri dibuat dari exotoxin yang sudah dinonaktifkan dengan serangkaian metode khusus sehingga ia tidak lagi menyebabkan penyakit.
Exotoxin yang sudah tidak berbahaya lagi ini dinamakan dengan toxoid. Zat inilah yang kemudian dibuat sebagai formula vaksin kemudian disuntikkan ke dalam tubuh manusia.
Ketika vaksin difteri yang mengandung toxoid ini disuntik ke dalam tubuh, maka tubuh akan meresponsnya sebagai serangan yang harus dilawan.
Kemudian secara alami sistem kekebalan tubuh akan mengirimkan sel-sel imun untuk melawan toxoid tersebut.
Ketika sudah berhasil menang maka sistem imun akan “mengingat” nya. Dengan kata lain jika di kemudian hari terjadi serangan penyakit difteri yang sebenarnya, maka sistem imun kita sudah siap dan sudah tau cara melawannya.
Sehingga orang yang sudah diimunisasi menjadi kebal terhadap penyakit difteri.

Apakah orang dewasa juga perlu mendapat imunisasi difteri?
Ya. Orang dewasa juga membutuhkan imunisasi difteri, namun dengan vaksin yang berbeda dengan anak-anak.
Jika pada anak-anak vaksin yang digunakan adalah DPT/DT, maka pada orang dewasa menggunakan vaksin Tdap/Td.

Efek samping setelah imunisasi difteri
Beberapa efek samping yang sering muncul setelah mendapatkan suntikan vaksin difteri antara lain sebagai berikut:
1. Daerah bekas suntikan terasa sakit, bengkak, dan kemerahan.
Ini adalah efek samping paling umum yang dialami setelah mendapat suntikan vaksin difteri, ada kemungkinan 1 dari 4 anak bisa mengalaminya. Kadang-kadang daerah bekas suntikan vaksin juga bisa menjadi bengkak dan keras, atau lebih lembut.
Efek samping berupa bengkak pada seluruh bagian lengan tempat suntikan juga bisa terjadi setelah vaksinasi ke 4 atau ke 5, dan akan terjadi selama 1-7 hari. Efek bengkak ini terjadi dengan kemungkinan 1 dari 30 anak bisa mengalaminya.

2. Demam
Efek samping suntik difteri yang selanjutnya yaitu demam.
Demam juga merupakan efek samping yang paling umum. Demam terjadi sebagai efek samping karena saat itu sistem imun tubuh sedang melakukan perlawanan terhadap toxoid yang disuntikkan.
Kemungkinan terjadinya demam setelah suntik imunisasi difteri ini adalah tiap 1 dari 4 anak bisa mengalaminya.
Panas setelah suntik imunisasi difteri ini tidak berbahaya, namun Anda bisa meminta obat penurun panas pada dokter bila dirasa panas anak semakin tinggi.

3. Mual, muntah, sakit perut, diare
Efek samping setelah imunisasi difteri yang selanjutnya yaitu anak akan mengalami gejala mual, muntah, sakit perut, hingga diare. Gejala ini terjadi dengan kemungkinan 1 dari 50 anak bisa mengalaminya.

4. Anak jadi rewel, nafsu makan menurun, dan lemas.
1 dari 3 anak yang baru saja mendapatkan suntikan vaksin difteri umumnya akan menjadi rewel.
Selanjutnya anak juga bisa mengalami penurunan nafsu makan dan tubuh menjadi lemas (1 dari 10 anak). Efek samping ini biasa terjadi 1-3 hari setelah mendapat suntikan.
Efek samping setelah imunisasi difteri tingkat sedang (langka)
Beberapa efek samping yang juga bisa terjadi pada anak setelah mendapat suntikan difteri seperti:
1. Anak menangis tanpa henti selama 3 jam atau lebih (1 dari 1.000 anak)
2. Demam sangat tinggi mencapai 105o F atau 40,6o C (1 dari 16.000 anak)

Efek samping setelah imunisasi difteri tingkat parah (sangat langka)
Efek samping setelah imunisasi difteri yang masuk dalam kategori serius bisa dikatakan sangat langka terjadi. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Alergi serius (1 dari 1 juta dosis).
2. Hilang kesadaran atau koma.
Karena kasus efek samping serius/ parah setelah imunisasi difteri ini sangat langka, sulit dipastikan jika ia benar-benar terjadi akibat suntikan vaksin.
Jadi bisa disimpulkan jika dampak imunisasi difteri ini cukup aman dan tidak lebih berbahaya dibandingkan dengan penyakit difterinya itu sendiri.

Apakah vaksin/ imunisasi difteri dapat memberikan kekebalan seumur hidup?
Vaksin difteri diperkirakan dapat memberikan kekebalan dalam masa 10 tahun. Karena itulah para ahli menyarankan jika pemberian vaksin difteri sebaiknya diulang setiap 10 tahun sekali.

Bagikan artikel Manfaat Imunisasi Difteri Dan Efek Sampingnya ini ke orang-orang terdekat Anda, bantu kami mengedukasi lebih banyak orang lagi. Sharing is caring!

Artikel lainnya :
10 Tanda dan Gejala Awal Anak Terkena Difteri
Mengenal Keganasan Corynebacterium diphtheriae, Bakteri Penyebab Difteri Yang Mewabah
Imunisasi Difteri Untuk Orang Dewasa Dengan Vaksin Tdap/Td

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

 

© 2013 Medan VCO. All rights resevered. Designed by Templateism | Blogger Templates

Back To Top