Senin, 26 Februari 2018

Manfaat Imunisasi Difteri Dan Efek Sampingnya

Manfaat imunisasi difteri perlu diketahui oleh para orang tua untuk menumbuhkan kesadaran bahwa mencegah difteri itu lebih mudah daripada mengobatinya.

Kita semua sudah tahu jika penyakit difteri adalah salah satu penyakit berbahaya yang dapat mengancam keselamatan jiwa khususnya bagi anak-anak.

Ketika muncul, difteri bisa dengan sangat cepat menyebar dan mewabah karena sifatnya yang mudah menular. Terbukti tahun 2017 ini di Indonesia terjadi kembali KLB difteri yang mewabah di berbagai daerah.

Sebenarnya penyakit difteri ini sudah terbilang cukup langka, jumlah penderita difteri di dunia terus menurun dari tahun ke tahun seiring dengan semakin meratanya pemberian vaksin anti difteri di seluruh dunia.

Berikut ini adalah data yang kami ambil dari situs resmi WHO mengenai penurunan jumlah penderita difteri di dunia:


Dari data tersebut terlihat jelas jumlah kasus difteri di seluruh dunia yang terus menurun seiring dengan semakin meratanya pemberian vaksin/ imunisasi. Data terakhir pada tahun 2016 terjadi kasus difteri sebanyak 7.097 di seluruh dunia.

Wabah difteri di Indonesia
Di Indonesia sendiri, bisa dikatakan difteri sudah cukup lama hilang. Namun pada tahun 2007 mulai terjadi peningkatan kasus difteri yang cukup signifikan dari tahun ke tahun.

Puncaknya terjadi pada tahun 2012 yaitu sebanyak 1.192 kasus, tahun 2013 sebanyak 767 kasus, kemudian menurun, dan kembali meningkat di tahun 2017 dengan 593 kasus (data November 2017).

Berikut ini data jumlah kasus difteri di Indonesia dari tahun ke tahun:


Hingga saat ini kasus difteri masih terus bertambah. Karena itulah sebagai orang tua Anda harus tanggap dan waspada dalam mengawasi buah hati Anda.
Salah satu yang bisa dilakukan adalah mengedukasi diri sendiri agar dapat mengenali gejala dan tanda-tanda awal anak terkena difteri sedini mungkin agar bisa memberikan penanganan cepat ketika difteri menyerang.

Mengapa difteri sangat mudah menular dan mewabah?
Ini yang sering jadi pertanyaan, mengapa difteri dapat menyebar dengan cepat dan mewabah di suatu daerah?
Hal ini sejatinya disebabkan karena sifat bakteri Corynebacterium diphtheriae yang sangat mudah berpindah dari satu penderita ke orang lain di sekitarnya, juga karena status imunitas (kekebalan) masyarakat Indonesia terhadap penyakit ini yang belum merata.
Kesenjangan imunitas atau yang istilahnya disebut dengan immunity gap ini bisa menjadi awal munculnya penyakit difteri di suatu daerah.
Awalnya penyakit difteri muncul pada orang-orang yang tidak kebal terhadap difteri, dan kemudian menularkannya pada orang-orang di sekitarnya (termasuk yang sudah di imunisasi).
Proses ini terus berlanjut hingga terjadilah wabah difteri.
Masih perlu penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hal ini, namun secara teori, hal tersebut mungkin saja terjadi.

Imunisasi adalah cara paling efektif untuk mencegah difteri
Imunisasi adalah upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah bahaya difteri.
Terlepas dari berbagai kontroversi yang muncul, namun data membuktikan jika sejauh ini imunisasi dengan pemberian vaksin adalah cara yang paling ampuh dan efektif untuk mencegah dan menanggulangi wabah penyakit difteri.
Di tahun 2017 ini, hingga bulan November sudah tercatat 593 kasus difteri di Indonesia dengan 32 penderita meninggal dunia.
Dari seluruh penderita yang terserang difteri tersebut 66% diantaranya tidak mendapat imunisasi, 31% imunisasi tidak lengkap, dan 3% penderita dengan imunisasi lengkap. (sumber: Ditjen P2P Kemenkes).
Data menunjukkan proporsi terbesar penderita difteri di Indonesia tahun 2017 ini adalah mereka yang tidak mendapat imunisasi sama sekali, kemudian disusul oleh mereka yang mendapat imunisasi tapi kurang lengkap, dan sebagian kecil penderita yang mendapat imunisasi lengkap.
Seberapa efektif vaksin/ suntik difteri dalam mencegah dan menanggulangi penyakit difteri?
Tingkat keefektifan vaksin difteri yang sering di klaim adalah sebesar 95%.

Angka ini berasal dari hasil sebuah penelitian (case control study) yang dilakukan di Uni Soviet saat terjadinya epidemi difteri pada tahun 1990-1997 dengan 115.000 kasus difteri dan 3.000 orang dilaporkan meninggal dunia.
Hasil studi ini menunjukkan tingkat keefektifan rata-rata sebesar 95% dengan pemberian 3 dosis vaksin.
Beberapa studi lain yang pernah dilakukan terkait keefektifan imunisasi difteri antara lain:
Saat terjadinya epidemi difteri di Halifax, Canada (1940-1942), vaksin difteri di perkirakan memberikan tingkat keefektifan sebesar 85%.
Saat terjadinya epidemi difteri di Yaman, pemberian 3 dosis vaksin DTP diperkirakan memiliki keefektifan sebesar 85%.
Pada tahun 1945, di Wales dan Inggris vaksin difteri diperkirakan efektif sebesar 96% mencegah kematian dan 71% efektif untuk melawan penyakitnya.

Manfaat vaksin/ imunisasi difteri yang harus Anda ketahui
Manfaat vaksin difteri adalah membentuk sistem kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit difteri di masa yang akan datang.
Untuk bisa memahami hal ini, terlebih dahulu Anda harus mengetahui bagaimana sebenarnya vaksin difteri bekerja.
Bakteri difteri yang bernama Corynebacterium diphtheriae ketika menginfeksi tubuh manusia akan memproduksi racun berupa protein yang bernama exotoxin. Racun inilah yang menyebabkan penyakit difteri menjadi sangat berbahaya.
Vaksin difteri dibuat dari exotoxin yang sudah dinonaktifkan dengan serangkaian metode khusus sehingga ia tidak lagi menyebabkan penyakit.
Exotoxin yang sudah tidak berbahaya lagi ini dinamakan dengan toxoid. Zat inilah yang kemudian dibuat sebagai formula vaksin kemudian disuntikkan ke dalam tubuh manusia.
Ketika vaksin difteri yang mengandung toxoid ini disuntik ke dalam tubuh, maka tubuh akan meresponsnya sebagai serangan yang harus dilawan.
Kemudian secara alami sistem kekebalan tubuh akan mengirimkan sel-sel imun untuk melawan toxoid tersebut.
Ketika sudah berhasil menang maka sistem imun akan “mengingat” nya. Dengan kata lain jika di kemudian hari terjadi serangan penyakit difteri yang sebenarnya, maka sistem imun kita sudah siap dan sudah tau cara melawannya.
Sehingga orang yang sudah diimunisasi menjadi kebal terhadap penyakit difteri.

Apakah orang dewasa juga perlu mendapat imunisasi difteri?
Ya. Orang dewasa juga membutuhkan imunisasi difteri, namun dengan vaksin yang berbeda dengan anak-anak.
Jika pada anak-anak vaksin yang digunakan adalah DPT/DT, maka pada orang dewasa menggunakan vaksin Tdap/Td.

Efek samping setelah imunisasi difteri
Beberapa efek samping yang sering muncul setelah mendapatkan suntikan vaksin difteri antara lain sebagai berikut:
1. Daerah bekas suntikan terasa sakit, bengkak, dan kemerahan.
Ini adalah efek samping paling umum yang dialami setelah mendapat suntikan vaksin difteri, ada kemungkinan 1 dari 4 anak bisa mengalaminya. Kadang-kadang daerah bekas suntikan vaksin juga bisa menjadi bengkak dan keras, atau lebih lembut.
Efek samping berupa bengkak pada seluruh bagian lengan tempat suntikan juga bisa terjadi setelah vaksinasi ke 4 atau ke 5, dan akan terjadi selama 1-7 hari. Efek bengkak ini terjadi dengan kemungkinan 1 dari 30 anak bisa mengalaminya.

2. Demam
Efek samping suntik difteri yang selanjutnya yaitu demam.
Demam juga merupakan efek samping yang paling umum. Demam terjadi sebagai efek samping karena saat itu sistem imun tubuh sedang melakukan perlawanan terhadap toxoid yang disuntikkan.
Kemungkinan terjadinya demam setelah suntik imunisasi difteri ini adalah tiap 1 dari 4 anak bisa mengalaminya.
Panas setelah suntik imunisasi difteri ini tidak berbahaya, namun Anda bisa meminta obat penurun panas pada dokter bila dirasa panas anak semakin tinggi.

3. Mual, muntah, sakit perut, diare
Efek samping setelah imunisasi difteri yang selanjutnya yaitu anak akan mengalami gejala mual, muntah, sakit perut, hingga diare. Gejala ini terjadi dengan kemungkinan 1 dari 50 anak bisa mengalaminya.

4. Anak jadi rewel, nafsu makan menurun, dan lemas.
1 dari 3 anak yang baru saja mendapatkan suntikan vaksin difteri umumnya akan menjadi rewel.
Selanjutnya anak juga bisa mengalami penurunan nafsu makan dan tubuh menjadi lemas (1 dari 10 anak). Efek samping ini biasa terjadi 1-3 hari setelah mendapat suntikan.
Efek samping setelah imunisasi difteri tingkat sedang (langka)
Beberapa efek samping yang juga bisa terjadi pada anak setelah mendapat suntikan difteri seperti:
1. Anak menangis tanpa henti selama 3 jam atau lebih (1 dari 1.000 anak)
2. Demam sangat tinggi mencapai 105o F atau 40,6o C (1 dari 16.000 anak)

Efek samping setelah imunisasi difteri tingkat parah (sangat langka)
Efek samping setelah imunisasi difteri yang masuk dalam kategori serius bisa dikatakan sangat langka terjadi. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Alergi serius (1 dari 1 juta dosis).
2. Hilang kesadaran atau koma.
Karena kasus efek samping serius/ parah setelah imunisasi difteri ini sangat langka, sulit dipastikan jika ia benar-benar terjadi akibat suntikan vaksin.
Jadi bisa disimpulkan jika dampak imunisasi difteri ini cukup aman dan tidak lebih berbahaya dibandingkan dengan penyakit difterinya itu sendiri.

Apakah vaksin/ imunisasi difteri dapat memberikan kekebalan seumur hidup?
Vaksin difteri diperkirakan dapat memberikan kekebalan dalam masa 10 tahun. Karena itulah para ahli menyarankan jika pemberian vaksin difteri sebaiknya diulang setiap 10 tahun sekali.

Bagikan artikel Manfaat Imunisasi Difteri Dan Efek Sampingnya ini ke orang-orang terdekat Anda, bantu kami mengedukasi lebih banyak orang lagi. Sharing is caring!

Artikel lainnya :
10 Tanda dan Gejala Awal Anak Terkena Difteri
Mengenal Keganasan Corynebacterium diphtheriae, Bakteri Penyebab Difteri Yang Mewabah
Imunisasi Difteri Untuk Orang Dewasa Dengan Vaksin Tdap/Td

Mengenal Serum Difteri

Mengenal Serum Difteri: Manfaat, Harga, Pembuatan dan Penggunaanya

Apa sebenarnya serum difteri itu? Apa bedanya dengan vaksin difteri?
Hal ini masih sering menjadi pertanyaan di kalangan masyarakat kita.
Karena itulah Medan VCO merasa perlu untuk memberikan sedikit penjelasan untuk menambah wawasan kita, terutama saat menghadapi KLB difteri seperti yang sedang terjadi saat ini.
Artikel ini akan membantu Anda memahami apa sebenarnya serum difteri itu, apa bedanya dengan vaksin, kapan digunakan, dan apa manfaatnya.

Apa itu serum difteri?
Serum difteri adalah cairan/ plasma darah yang di dalamnya sudah terdapat antibodi untuk menetralisir toksin difteri.
Serum difteri bernama Anti Diphtheria Serum atau sering disebut juga dengan Anti Difteri Serum (ADS). Di dalam serum ini sudah terdapat antitoksin difteri yang sudah jadi dan siap digunakan.
Sedangkan vaksin difteri adalah formula khusus yang didalamnya terdapat toksin difteri yang sudah dinonaktifkan, namanya toxoid.

Apa bedanya serum anti difteri dan vaksin difteri?
Serum difteri berfungsi untuk mengobati difteri. Orang yang sudah terlanjur terkena difteri, harus mendapat serum yang di dalamnya sudah terdapat antitoksin.
Serum difteri juga bisa digunakan sebagai imunisasi pasif, yakni memindahkan antibodi yang sudah jadi kedalam tubuh orang yang diimunisasi.
Sedangkan vaksin difteri adalah racun difteri yang sudah dinonaktifkan. Digunakan sebagai imunisasi aktif, yakni memicu tubuh untuk membentuk kekebalannya sendiri terhadap penyakit difteri.
Jika serum anti difteri diberikan kepada mereka yang sudah terlanjur terkena penyakit difteri, maka vaksin ini hanya boleh diberikan kepada mereka yang sehat. Jadi orang yang sudah terserang difteri tidak lagi diberikan vaksin, tapi diberi serum anti difteri.

Bagaimana proses pembuatan serum difteri?
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya jika serum anti difteri ini berisi antibodi yang sudah jadi dan siap ditransfer ke dalam tubuh penderita difteri.
Lalu darimana sebenarnya serum anti difteri ini berasal?

Serum anti difteri diperoleh dari kuda, lihat gambar berikut:
proses membuat serum antitoksin difteri dari kuda

Berikut ini adalah cara pembuatan serum anti difteri:

  1. Para ilmuwan mengembangbiakkan bakteri difteri yang bernama Corynebacterium diphtheriae di laboratorium, kemudian mengambil toksinnya.
  2. Toksin tersebut disuntikkan ke dalam kuda.
  3. Sistem imun kuda akan merespon racun tersebut dan membentuk antibodi (antitoksin difteri)
  4. Selanjutnya ilmuwan akan mengambil darah kuda yang kaya akan antibodi tersebut.
  5. Darah kuda dibawa ke laboratorium kemudian dilakukan pemurnian dengan cara memisahkan antara plasma darah yang kaya akan antibodi dengan sel-sel darah.
  6. Hasilnya adalah serum yang di dalamnya terdapat antitoksin difteri yang sudah jadi dan siap digunakan untuk mengobati difteri.


Manfaat serum anti difteri
Difteri adalah penyakit berbahaya yang mematikan. Dulu sebelum ditemukannya vaksin dan serum difteri, tingkat kematian pada suatu daerah yang terkena wabah difteri ini cukup tinggi.
Contohnya di Amerika Serikat pada tahun 1921 terjadi wabah difteri dengan 206.000 kasus, dan 15.520 orang diantaranya dilaporkan meninggal dunia.
Sejak digunakannya vaksin difteri pada tahun 1920, jumlah kasus difteri di Amerika Serikat menurun drastis. Dan pada tahun 2004 hingga 2015 hanya terjadi 2 kasus saja.

Lihat grafik penurunan angka kasus difteri di seluruh dunia berikut:

Dari grafik di atas terlihat jelas penurunan jumlah kasus seiring dengan semakin meratanya imunisasi dan semakin efektifnya penggunaan serum difteri untuk pengobatan.
Jadi manfaat serum difteri adalah untuk mengobati pasien yang sudah terlanjur terkena penyakit difteri, sedangkan vaksin digunakan untuk melakukan pencegahan.

Kapan serum difteri digunakan?
Serum antitoksin difteri digunakan saat seseorang sudah dinyatakan positif mengidap difteri baik untuk balita dan anak-anak, maupun untuk orang dewasa.
Serum ini harus diberikan sedini mungkin untuk mencegah terjadinya komplikasi yang dapat membahayakan keselamatan si penderita.
Racun difteri yang bernama eksotoksin sifatnya dapat merusak sel-sel sehat, sehingga bila tidak segera dinetralisir ia bisa terbawa oleh darah dan merusak sel-sel pada organ vital tubuh penderita.
Jika racun masuk ke jantung, ia dapat menyebabkan kerusakan sel otot jantung dan menyebabkan miokarditis, bila ini tidak cepat diobati maka dapat menyebabkan gagal jantung yang berujung pada kematian.
Racun eksotoksin juga dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel saraf (neuritis) yang menyebabkan gangguan pengelihatan, kerusakan otak, dan kerusakan sistem pernapasan yang dapat berujung pada gagal napas dan kematian.

Mencegah difteri lebih baik daripada mengobatinya
Pencegahan difteri bisa dilakukan dengan imunisasi.
Saat ini banyak orang yang enggan melakukan imunisasi karena adanya isu-isu yang beredar tentang dampak buruk yang dapat ditimbulkan.
Padahal dampak akibat imunisasi difteri ini tidaklah lebih buruk daripada dampak penyakitnya itu sendiri.

Berapa harga serum difteri?
Harga anti difteri serum (ADS) mencapai 4 juta rupiah per vial. 1 vial bisa dipakai untuk mengobati beberapa orang, tergantung dari berat penyakitnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan menteri kesehatan RI.

Berapa harga vaksin difteri?
Vaksin difteri bisa didapatkan gratis pada program imunisasi dasar dan lanjutan, biayanya sudah disubsidi oleh pemerintah.

Kesimpulan
Serum difteri berbeda dengan vaksin difteri.
Serum difteri digunakan untuk mengobati orang yang sudah sakit difteri, sedangkan vaksin berguna untuk mencegahnya.
Serum difteri mengandung antibodi/ antitoksin yang sudah jadi dan siap di transfer ke dalam tubuh, sedangkan vaksin berisi toxoid yang berfungsi untuk memicu tubuh membentuk antibodinya sendiri.
Serum difteri harganya lebih mahal dari pada vaksin, jadi mencegah difteri dengan imunisasi jauh lebih hemat daripada mengobatinya.
Bantu kami mengedukasi lebih banyak orang lagi dengan membagikan artikel ini kepada orang-orang terdekat Anda. Sharing is caring!


Artikel Lainnya:
Manfaat Dan Efek Samping Imunisasi Difteri, Mana Yang Lebih Besar?
Jadwal Imunisasi Difteri Untuk Anak Di Indonesia

Selasa, 06 Februari 2018

Obat Herbal Untuk Penyembuhan Difteri

Selain pengobatan medis dengan antibiotik dan antitoksin, difteri dapat diobati dengan Obat herbal berasal dari buah-buahan ini disebut mampu meningkatkan kelangsungan hidup dan penyembuhan penyakit difteri.

Extra VCO sudah terbukti sebagai antibiotik super yang mampu membunuh virus dan bakteri, dan meningkatkan daya tahan tubuh serta mengoptimalkan metabolisme tubuh, extra VCO adalah antivirus dan antibakteri ampuh dari bahan alami yang sudah terbukti khasiatnya.

Jus Nanas, Buah nanas mengandung bromelein yang sangat baik untuk antiradang dan membantu mengelupas sel-sel rusak pada area tenggorokan.
Nanas juga baik untuk membantu meluruhkan membran kelabu akibat difteri.
Senyawa dalam nanas meningkatkan imunitas karena mengandung antioksidan cukup tinggi.

Bawang Putih Segar, Kandungan minyak atsiri bekerja sebagai antibakteri dan antiradang.
Senyawa organosulfida secara aktif mampu meluruhkan membran kelabu.
Sementara kandungan lain seperti saltivine terbukti baik untuk memperbaiki kerusakan sel dan mengembalikan fungsi sel juga jaringan di area diniding tenggorokan.

Jeruk Nipis dan Rosella, Campuran air rebusan bunga rosella dengan perasan jeruk nipis menghasilkan antitoksin yang mampu menetralisir racun dari bakteri Corynebacterium diphtheriae dan Corynebacterium ulcerans.

Mengkudu, Kandungan antitoksin xeronine dan flavonoid baik untuk mengatasi masalah tumpukan toksin dalam darah. Kandungan antibiotik alami di dalamnya mampu bekerja aktif melawan bakteri.
Terdapat pula scolopetin dan terpenoid yang efektif meredakan peradangan dan membantu pemulihan sel pada tenggorokan.

Alternatif obat herbal tersebut dapat dijadikan pengobatan tunggal maupun pendamping pengobatan medis.
Semoga bermanfaat, dan semoga saudara-saudara kita yang saat ini terserang wabah difteri segera sehat.
Info Lengkap Penyakit Difteri
Extra VCO anti bakteri Corynebacterium Diphteriae penyebab Penyakit Difteri

Ciri Anak Terkena Difteri

Penyakit difteri menyerang anak-anak dan orang dewasa. Difteri menyerang jaringan dalam saluran pernapasan yang ditimbulkan bakteri Corynebacterium diphtheriae dan Corynebacterium ulcerans.
Cirinya adalah terbentuknya membaran berwarna kelabu pada area tenggorokan yang berlapis lendir pekat. Membran ini menyebabkan pasien mengalami batuk berat disertai rasa sesak yang dapat berujung kematian.

Jika anak terkena bakteri difteri, ciri-ciri yang mudah dikenali adalah sakit tenggorokan, demam, dan lemas.
Ciri difteri yang paling khas adalah munculnya pseudomembran atau selaput berwarna putih keabuan di bagian belakang tenggorokan yang mudah berdarah, yang menyebabkan rasa sakit saat menelan, kadang disertai pembesaran kelenjar getah bening dan pembengkakan jaringan lunak di leher yang disebut bullneck.
Sumbatan ini bisa menghalangi jalan napas, menyebabkan anak atau penderita harus berjuang untuk bisa bernapas. Lebih bahaya lagi, difteri dapat merusak jantung, ginjal, dan sistem saraf, bahkan difteri bisa mematikan.
Difteri banyak menyerang mereka yang tidak pernah mendapatkan imunisasi. Karena itu, imunisasi difteri penting dilakukan sebagai upaya pencegahan, syarat yang harus dipenuhi saat melakukan imunisasi difteri. Anak yang akan diimunisasi harus dalam keadaan sehat, jika anak tersebut sedang mengalami demam, anak boleh dilakukan imunisasi, tetapi dengan catatan suhu tubuhnya tidak lebih dari 37 derajat.
Info Lengkap Penyakit Difteri
Extra VCO anti bakteri Corynebacterium Diphteriae penyebab Penyakit Difteri

Bakteri Penyebab Wabah Difteri

Corynebacterium diphtheriae adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit difteri. Bakteri ini sifatnya sangat mudah tersebar, ia dapat berpindah dari satu orang ke orang lainnya melalui kontak langsung.
Umumnya bakteri Corynebacterium diphtheriae ditularkan pada saat penderita difteri batuk atau bersin sehingga cairan seperti ludah atau ingus bertebaran di udara dan terhirup oleh orang lain.
Jika hal ini terjadi pada orang yang tidak memiliki kekebalan/ imun terhadap penyakit difteri maka kemungkinan besar ia dapat tertular.

Darimana Bakteri Penyebab Difteri Berasal?
Bakteri Corynebacterium sp. berasal dari tanah, air, tumbuhan, dan makanan yang tidak higienis. Ini adalah habitat kelompok bakteri ini di alam. Beberapa spesies Corynebacterium non-difteri juga dapat hidup di selaput mukosa dan kulit pada hewan dan manusia.
Untuk jenis Corynebacterium diphtheriae umumnya akan ditemukan pada saluran pernapasan, luka atau lecet, serta pada kulit orang yang terinfeksi.
Bakteri Corynebacterium diphtheriae bisa juga ditemukan pada orang normal yang tidak terkena difteri. Mereka ini adalah pembawa bakteri yang sering disebut dengan carrier difteri.
Bakteri difteri pertama kali ditemukan oleh oleh 2 orang bakteriolog Jerman yaitu Edwin Klebs (1834-1912) dan Friedrich Löffler (1852-1915) pada tahun 1884. Itulah alasan mengapa nama bakteri difteri juga sering disebut dengan Klebs-Löffler bacillus, yang diambil dari nama para penemunya.

Penyebaran bakteri Corynebacterium diphtheriae
Meskipun bakteri ini dapat ditemukan di hampir seluruh dunia, namun utamanya ia endemik di negara-negara beriklim tropis dan subtropis pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Bahaya yang bisa ditimbulkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae?
Bahaya yang ditimbulkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae termasuk dalam kategori infeksi fatal yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian.
Ketika menginfeksi manusia, ia akan membentuk strain penghasil racun/ toksin yang dapat membunuh sel-sel hidup. Sel-sel yang mati akibat serangan racun ini kemudian akan membentuk lapisan tebal berwarna abu-abu pada tenggorokan dan hidung yang disebut dengan pseudomembran.

Gambar pseudomembran pada tenggorokan penderita difteri
gambar difteri

Umumnya bakteri difteri akan menyerang saluran pernapasan bagian atas yaitu hidung dan tenggorokan.
Namun jika infeksi berlanjut dan tidak segera mendapat penanganan, maka toksin akan menyebar ke organ-organ lainnya melalui aliran darah.
Jika sudah masuk ke tahap ini maka akan terjadi komplikasi berbahaya yang dapat menyebabkan kematian.

Komplikasi berbahaya yang sering terjadi pada penyakit difteri adalah:
1. Miokarditis (kerusakan otot jantung)
Miokarditis adalah gangguan pada otot jantung yang ditandai dengan irama jantung yang tidak normal, terjadi inflamasi dan pembengkakan otot jantung, dan dapat berujung pada gagal jantung (kematian).

2. Neuritis (kerusakan saraf)
Neuritis difteri umumnya akan mempengaruhi saraf motorik yang menyebabkan kelumpuhan jaringan lunak, otot mata, diafragma, dan kelumpuhan tungkai. Kerusakan saraf ini juga dapat menyebabkan gagal napas yang berujung pada kematian.

Uniknya, Corynebacterium diphtheriae sendiri tidak berbahaya hingga ia terinfeksi oleh virus
Difteri tidak disebabkan oleh virus, tidak secara langsung. Hal ini perlu dijelaskan karena masih banyak yang menyebut virus difteri. Bahkan ada yang sampai bertanya bagaimana ciri-ciri virus difteri, tentu saja hal ini sulit dijawab.
Virus difteri yang dimaksud adalah virus yang menginfeksi bakteri Corynebacterium diphtehriae.
Ini adalah fakta ilmiah menarik untuk Anda ketahui. Bakteri difteri sejatinya tidak memiliki kemampuan untuk memproduksi toksin.
Racun yang disebut dengan exotoxin tersebut dihasilkan oleh bakteri difteri yang sudah terinfeksi oleh virus bernama Lysogenic bacteriophages.
Jadi bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyebabkan difteri itu sebenarnya juga mengalami infeksi.
Sedangkan bakteri yang tidak terinfeksi oleh bacteriophages tidak akan mampu memproduksi exotoxin sehingga ia belum berbahaya bagi manusia, bakteri ini disebut dengan Nontoxigenic C. diphtheriae.
Bakteri Corynebacterium diphtheriae yang sudah mengalami infeksi kemudian akan mengalami mutasi genetik melalui penyisipan(insersi) gen toksin virus ke dalam salinan genomnya.
Sederhananya, sifat atau kemampuan bakteri difteri dalam menghasilkan racun mematikan ini di peroleh dari gen virus.

Exotoxin adalah racun yang sangat mematikan!
Racun yang dihasilkan oleh bakteri difteri ini sangatlah mematikan. 1 molekul racun exotoxin mampu membunuh 1 sel sehat termasuk pada jantung dan saraf.
Tiap-tiap 1 bakteri difteri mampu menghasilkan 5.000 molekul racun setiap jam.
Apabila strain bakteri difteri penghasil toksin sudah sangat besar jumlahnya maka akan menyebabkan kematian sel yang sangat masif, merusak jantung, merusak sistem saraf, dan pada akhirnya berujung pada kematian.
corynebacterium diphtheriae bakteri penyebab difteri

Morfologi dan Klasifikasi Corynebacterium diphtheriae
Corynebacterium diphtheriae termasuk dalam golongan bakteri gram positif.
Secara morfologinya bakteri ini berbentuk batang dengan panjang antara 1 – 8 μm dan diameter 0,5 – 1 μm, tidak memiliki kapsul, tidak memiliki spora, dan tidak dapat bergerak (nonmotil).
Koloni bakteri Corynebacterium diphtheriae saling menyambung satu dengan yang lainnya, jika dilihat di bawah mikroskop maka bentuknya mirip seperti han zi (aksara Cina).
Lihat gambar bakteri difteri dari mikroskop berikut ini:

Klasifikasi ilmiah Corynebacterium diphtheriae
Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Familia : Corynebacteriaceae
Genus : Corynebacterium
Spesies: Corynebacteriumdiphtheriae

Epidemiologi Bakteri Corynebacterium diphtheriae
Bakteri Corynebacteriumdiphtheriae adalah penyebab penyakit difteri di berbagai belahan dunia. Seringkali penyakit ini menyerang dalam bentuk wabah.
Umumnya difteri akan menyerang anak-anak dalam rentang usia antara 1-9 tahun, namun ada juga kasus difteri yang terjadi pada remaja dan orang dewasa.
Bakteri difteri sangat mudah menular melalui droplet pernapasan seperti ingus dan ludah. Artinya cairan yang di keluarkan penderita pada saat bersin atau batuk adalah media utama penyebaran bakteri ini.
Difteri juga dapat ditularkan melalui sentuhan langsung pada luka yang terinfeksi bakteri difteri, atau pakaian yang tersentuh oleh luka tersebut, namun kasus ini adalah hal yang cukup langka.
Selain itu ada kemungkinan juga difteri dapat menular melalui barang-barang bekas pakai penderita difteri seperti mainan, handuk, saputangan dan lain lain.

Perbedaan Difteri, Radang Tenggorokan, dan Amandel

Jika masih dalam bentuk gejala awal dan belum terlihat jelas memang sulit untuk dibedakan apakah itu difteri, radang tenggorokan biasa atau radang amandel (tonsilitis).
Ciri dan gejala ketiga penyakit tersebut mirip, namun berbeda dari segi penyebabnya maupun tingkat bahayanya.
Adalah penting untuk mampu membedakan ketiga penyakit tersebut agar dapat melakukan tindakan dan pengobatan yang tepat sedini mungkin. jangan sampai menganggap sakit tenggorokan itu hanya radang biasa tapi ternyata merupakan gejala penyakit difteri yang sangat berbahaya.

Gambar perbandingan tenggorokan orang yang terkena difteri, radang tenggorokan, radang amandel atau tonsilitis:
gambar difteri

radang tenggorokan

gambar amandel

Cara Membedakan Penyakit Difteri, Radang Tenggorokan, dan Radang Amandel

Perbedaan dari segi penyebabnya:
Difteri
Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae.
Bakteri ini sifatnya sangat menular. Ia bisa berpindah dari satu penderita ke orang yang sehat melalui droplet seperti ingus, dahak, atau lendir yang keluar pada saat penderita difteri batuk atau bersin. orang yang terhirup droplet yang bertebaran di udara bisa tertular. bakteri difteri juga bisa berpindah melalui benda-benda bekas pakai penderita dan melalui sentuhan pada luka yang terinfeksi oleh bakteri tersebut, namun kasus ini jarang terjadi.
Difteri tidak disebabkan oleh virus secara langsung, hal ini perlu dijelaskan sedikit karena masih banyak yang salah menganggap jika difteri disebabkan oleh virus.
Virus difteri yang dimaksud adalah virus bernama Lysogenic bacteriophages yang menginfeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae tersebut, jadi bakteri ini sebenarnya juga mengalami infeksi.
Tanpa adanya virus tersebut, bakteri difteri tidak dapat memproduksi toksin.
Untuk mendapatkan penjelasan yang lebih mendetail, kami sarankan Anda membaca artikel berikut:

Radang Tenggorokan
Radang tenggorokan bisa disebabkan oleh virus ataupun bakteri, namun dari jenis yang berbeda dengan difteri. Sakit radang tenggorokan juga biasa muncul disebabkan oleh:
Flu, Radang tenggorokan sering muncul sebagai gejala awal flu. Penyebabnya adalah virus influenza.
Infeksi bakteri, Radang tenggorokan juga bisa terjadi disebabkan karena adanya infeksi bakteri, umumnya berasal dari kelompok Streptococcus tipe A dan Staphylococcus.
Merokok, zat kimia, dan zat lain yang dapat menyebabkan iritasi, Merokok dan konsumsi makanan atau minuman yang mengandung zat kimia juga dapat menyebabkan terjadinya iritasi dan peradangan pada tenggorokan, sebagai contoh adalah minuman yang mengandung terlau banyak pemanis buatan dan bahan pengawet.
Udara kering, Udara kering juga bisa menyebabkan iritasi pada tenggorokan. Hal ini disebabkan karena udara kering akan menyerap kelembapan pada mulut dan tenggorokan. Jika tidak diimbangi dengan menambah konsumsi cairan maka sakit tenggorokan bisa saja terjadi.

Radang Amandel (Tonsilitis)
Radang amandel atau tonsilitis bisa disebabkan oleh bakteri maupun virus. Sedikit berbeda dengan radang tenggorokan biasa, tonsilitis menyerang bagian spesifik dari tenggorokan yaitu amandel.
Beberapa bakteri dan virus penyebab tonsilitis yakni Streptococus, Adenoviruses, Influenza virus, Epstein-Barr virus, Parainfluenza viruses, Enteroviruses, Herpes simplex virus.

Perbedaan difteri, radang tenggorokan biasa, dan radang amandel dari segi ciri dan gejalanya:

Munculnya selaput berwarna putih hingga abu-abu pada tenggorokan
Orang yang terkena difteri ditandai dengan munculnya selaput berwarna putih hingga abu-abu pada tenggorokan yang bernama pseudomembran. Selaput ini juga bisa muncul pada rongga hidung.
Sedangkan pada orang yang hanya mengalami radang tenggorokan biasa selaput tersebut tidak muncul.
Pada orang yang mengalami radang tenggorokan biasa, umumnya akan muncul warna kemerahan mulai dari langit-langit mulut hingga ke tenggorokannya yang terkadang terlihat seperti luka.
Pada orang yang mengalami tonsilitis juga dapat mengalami kemerahan seperti luka, namun lokasinya hanya pada amandel.
Terkadang selaput tipis atau bercak berwarna putih juga bisa muncul pada bagian amandel orang yang terkena tonsilitis.

Napas berbunyi
Perbedaan ciri dan gejala yang selanjutnya yaitu pada orang yang menderita penyakit difteri akan mengeluarkan suara pada saat bernafas yang disebut dengan stridor.
Stridor merupakan kondisi abnormal di mana suara pernapasan bernada tinggi yang disebabkan oleh sumbatan di tenggorokan atau kotak suara (laring). Biasanya terdengar saat mengambil napas.
Sedangkan pada orang yang menderita radang tenggorokan dan tonsilitis tidak mengalami stridor ini.

Sulit bernapas dan demam disertai dengan lemas
Pada umumnya penderita difteri akan mengalami kesulitan bernapas, bisa disebabkan karena penyumbatan atau karena toksin dari bakteri difteri yang sudah mulai melumpuhkan sel-sel saraf pada sistem pernapasan.
Baik difteri, radang tenggorokan maupun tonsilitis ketiganya bisa menimbulkan gejala demam. Namun demam pada orang yang terkena penyakit difteri ini lebih khas, biasanya tidak terlalu tinggi namun disertai dengan badan yang terasa lemas.

Perbedaan tingkat bahaya, Difteri jauh lebih berbahaya bila dibandingkan Radang Tenggorokan dan Amandel

Awalnya ketiga penyakit tersebut memang memiliki gejala akut yang mirip, namun ditingkat yang lebih parah difteri dapat menyerang bagian lain selain tenggorokan.
Difteri dapat menyerang selaput lendir (mukus) pada saluran pernapasan seperti tenggorokan, hidung, dan masuk kedalam bagian tubuh lain yang terdapat selaput lendirnya.
Bakteri difteri juga menghasilkan racun berbahaya yang bernama exotoxin, racun inilah yang sifatnya mematikan.
Racun exotoxin dapat merusak sel-sel sehat. Ia juga dapat terbawa ke dalam aliran darah dan menyerang organ-organ vital yang lain.
Jika eksotosin terbawa oleh darah dan masuk ke dalam jantung maka dapat menyebabkan kerusakan pada otot jantung (miokarditis) yang dapat berujung pada gagal jantung (kematian).
Eksotosin juga dapat menyebabkan neuritis atau kerusakan sel-sel saraf yang dapat menyebabkan gangguan pengelihatan, kerusakan sistem pernapasan, hingga gagal napas yang berujung pada kematian.
Sedangkan radang tenggorokan hanya menyerang rongga mulut dan tenggorokan, dan tonsilitis hanya menyerang kelenjar amandel.
Namum kedua penyakit ini juga tidak boleh disepelekan. Tonsilitis yang parah juga dapat menyebabkan nyeri dan kelemahan otot serta kesulitan bernapas.

Perbedaan cara pengobatan Difteri dengan Radang Tenggorokan dan Amandel

Pengobatan difteri
Pengobatan penyakit difteri dilakukan dalam 2 hal, pertama adalah memberikan antitoksin untuk menetralkan racun difteri, dan antibiotik untuk mematikan bakterinya.

  1. Antibiotik yang biasa digunakan yaitu erythromycin dan penicillin.
  2. Difteri harus mendapatkan penangangan secara medis di rumah sakit, tidak bisa diobati sendiri. Pengobatan difteri dilakukan secara agresif dengan injeksi antitoksin untuk menetralisir toksin difteri agar tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah.
  3. Penderita difteri juga harus diisolasi agar tidak menularkan kuman kepada orang lain.

Bagaimana jika kondisi dan lokasi kita tidak memungkinkan untuk secepatnya mendapatkan tiga hal diatas, adakah cara lain yang ampuh untuk mengobati difteri ?, tentu 3 hal diatas bukanlah satu satunya solusi untuk kesembuhan penderita difteri, Extra VCO atau minyak kelapa murni metode cold centrifugal terbukti mampu membunuh bakteri dan virus penyebab difteri dan mampu mencegah difteri. Extra VCO terbukti sebagai antitoksin.

Pengobatan radang tenggorokan biasa
Radang tenggorokan ringan biasanya bisa sembuh dengan sendirinya. Begitu pula radang tenggorokan yang terjadi akibat flu, seiring dengan menguatnya daya tahan tubuh dan flu mereda maka radang tenggorokan bisa hilang dengan sendirinya.
Jika radang tenggorokan disebabkan oleh infeksi bakteri maka harus diobati dengan antibiotik.
antibiotik alami yang ampuh untuk mengobati Radang Tenggorokan adalah Extra VCO atau minyak kelapa murni metode cold centrifugal terbukti sebagai antibiotik super serta mampu meningkatkan daya tahan tubuh.
Saat sedang sakit radang tenggorokan disarankan untuk mengonsumsi makanan yang tinggi kadar vitamin C, banyak minum air putih, mengonsumsi makanan yang lunak dan jangan mengonsumsi makanan dari minyak yang tidak sehat, seperti minyak sawit, kecuali Extra VCO atau minyak kelapa murni yang tidak dimasak.

Pengobatan tonsilitis atau radang amandel
Penyakit tonsilitis ringan dapat disembuhkan dengan antibiotik.
Untuk jenis tonsilitis yang kronis Biasanya dokter akan melakukan operasi pengangkatan amandel.
Pertanyaannya Haruskah dilakukan operasi ? tidak adakah cara yang lain ?. Operasi pengangkatan amandel bukanlah satu satunya solusi untuk amandel yang kronis, karena dengan Extra VCO sudah terbukti mampu sembuhkan radang amandel yang kronis.

Perbedaan cara pencegahan Difteri dengan Radang Tenggorokan dan Amandel

Pencegahan Difteri.
Karena difteri disebabkan oleh jenis bakteri yang spesifik yaitu Corynebacterium diphtheriae maka cara pencegahan yang paling efektif adalah dengan melakukan imunisasi.
Orang yang sudah diimunisasi difteri akan menjadi kebal terhadap penyakit tersebut, kalaupun tetap terkena maka penyakitnya tidak terlalu parah.

Pencegahan radang tenggorokan dan amandel.
Radang tenggorokan dan tonsilitis bisa dicegah dengan menjaga daya tahan tubuh, mengonsumsi makanan yang sehat, memenuhi kebutuhan cairan tubuh, konsumsi vitamin C, dan menghindari konsumsi makanan yang mengandung bahan kimia dan pemanis buatan, serta tidak merokok.

Kesimpulan

  1. Melakukan imunisasi adalah langkah yang bijak untuk mencegah penyakit difteri.
  2. Jika menemukan ciri spesifik seperti munculnya selaput putih saat mengalami sakit tenggorokan maka segeralah konsumsi Extra VCO.
  3. Pencegahan dan pengobatan Difteri, Radang tenggorokan dan Amandeldapat dengan mengkonsumsi Extra VCO.
  4. Apabila Anda ragu dengan jenis sakit tenggorokan yang sedang Anda alami segera periksakan diri ke dokter.

Gratis Ongkos Kirim dalam kota Medan

Khasiat dan Manfaat VCO

Apa itu VCO

Mengenai VCO

Virgin Coconut Oil yang disingkat dengan sebutan VCO, dikenal juga dengan nama minyak kelapa dara atau sering juga disebut minyak kelapa mur...

Bisnis VCO

Popular Posts

 

© 2013 Medan VCO. All rights resevered. Designed by Templateism | Blogger Templates

Back To Top